Setelah kita memahami adanya 2 Tradisi besar di dalam Ajaran Buddha
maka sesuai dengan daerah dan tempat, tradisi itu juga berkembang dengan
berbagai sekte-sekte. Dalam Tradisi Hinayana muncul 2 sekte yaitu:
1.
Sekte
Abhidharma-Kosa ( Ci She Cung / Kusa)
Aliran
ini adalah pewaris dari aliran Sarvastivada di India, dengan berdasarkan karya
sastra yang ditulis oleh YM. Vashubandu yaitu Abhidharma Kosa Sastra serta kitab-kitab Abhidharma dari aliran Sarvastivada dan Maha Vaibasha
Sastra.Aliran ini lebih mengutamakan penyelidikan Abhidharma. Secara Filosofis
sekte ini digolongkan Realistis. Mereka menekankan bahwa segala macam Sankhara
dan alam fenomena memang bereksistensi walaupun segala macam sankhara dan
fenomena ini dicengkeram oleh Anitta, Dukkha, Anatta. Sejak tahun 383 Masehi
hingga tahun 654 Masehi sekte ini berkembang di daratan Tiongkok berkat usaha
Paramartha, Kumarajiva, dan Suan Cuang. Pada tahun 658 Masehi sekte ini diperkenalkan ke Jepang.
2.
Sekte
Satyasiddhi ( Chen Se Cung / Jiojice)
Aliran
ini termasuk golongan Sautarantika di India.Berdasarkan karya Harivarman (250
M-350 M) yang berjudul Satyasiddhi Sastra. Aliran ini berbeda dengan aliran
Abhidharma Kosa.Karena mereka menyangkal adanya eksistensi Sankhara dan alam
fenomena.Ini digolongkan aliran Nihilistik dari Hinayana. Antara tahun 411 dan
412 M Kumarajiva menerjemahkan sastra ini ke dalam bahasa Tionghoa dan mulai
dikembangkan. Pada tahun 658 M seorang Biksu dari Korea memperkenalkan ajaran
ini ke Jepang.
Dalam Tradisi Mahayana muncul 9 sekte yaitu:
1.
Sekte
Yogacara/Dharmalaksa/Vijnanavada (Wei She Cung/Hoso)
Di
India sekte ini disebut Yogacara atau Vijnanavada.Bermula dari Arya Asanga abad
V Masehi yang menyusun Yogacarabhumi Sastra (Yu Cia She Ti Luen).Sastra lainnya
yang ditulis beliau adalah Mahayana Samparigraha Sastra (She Ta Chen
Luen).Terjemahan ke dalam bahasa Tionghoanya di lakukan oleh
Buddhasanta,Paramartha dan Suan Cuang. Isi dari sastra-sastra tersebut
menerangkan: Vijnana Citta, Sad Paramitha, Sila Samadhi, Prajna serta Dasabhumi
dan Tri-Kaya. Aliran ini adalah suatu sekte Mahayana yang khusus menganalisa tentang
objek-objek mental dan fenomena, sehingga sukar dimengerti oleh awam.Adanya 5
kelompok dan 100 dharma (Keberadaan Elemen/Mental).
Aliran ini di India disebut Madyamika juga di sebut Sunyatavada. Aliran
ini di India dipelopori oleh Nagarjuna dan Arya Deva (antara abad I dan II
Masehi) kemudian disusul oleh Buddhapalitta dan Bhavaviveka dan akhirnya
Candrakirti.Di Tiongkok dipelopori oleh Kumarajiva (Abad V). Aliran ini
berpedoman pada tiga buah sastra Yaitu:
1. Madyamika Karika (Cung Luen) karya Nagarjuna.
2. Dvadasa-dvara (Se Er Men Luen/Sastra 12 bagian)Karya Nagarjuna
3. Sata-Sastra (Pai Luen / Sastra dari 100 bagian) karya Arya Deva.
3.Sekte Avatamsaka (Hua Yen Cung / Kegonshyu)
Sekte ini berasal dari Tiongkok dan tidak terdapat di India. Sekte
ini bersumber pada Avatamsaka Sutra (Hua Yen Cing) Sutra Lingkaran Bunga,sebuah
sutra besar dari Mahayana. Sutra ini sangat sulit untuk dimengerti dan
memerlukan kebijaksanaan yang tinggi untuk mencernanya. Secara Legendaris
dikisahkan bahwa setelah pencapaian Samyak-sambodhi oleh Buddha Gautama,beliau
menerangkan isi sutra tersebut namun sayang sutra tersebut hanya dapat dipahami
oleh beberapa murid-murid utamanya. Tidak ada manusia yang dapat memahami isi
sutra tersebut. Sehingga sutra tersebut dititipkan kepada istana Dewa Naga dan
Sang Buddha berpesan kepada Raja Dewa Naga kelak ada seorang murid beliau yang
akan mengambilnya. Setelah 500 tahun Sang Buddha parinirvana, Nagarjuna
berhasil mendapatkan kembali sutra tersebut. Sutra tersebut aslinya berbahasa
Sangskerta. Sebagian sutra ini telah hilang akibat pergolakan politik dan agama
di India dan sebagian berhasil diselamatkan dan diterjemahkan dalam bahasa
Tionghoa oleh Buddhabadra, Siksananda dan Prajna. Pembentukan aliran ini
dipelopori oleh Biksu Sien Sou (Tu Sun) yang hidup antara tahun 557-640 Masehi.
Sekte ini menekankan pada pengertian terhadap Dharmadhatu yang dapat diartikan
sebagai Kebenaran Akhir. Di samping itu pengertian terhadap Dasabhumi juga di
tekankan. Pembagian waktu terhadap ajaran Sang Buddha.
4.Sekte Thien Thai (Thien Thai Cung / Tendaishyu)
Ini adalah sebuah Sekte Mahayana yang besar dan berpengaruh di
Asia. Sekte ini terbentuk di bumi Tiongkok dengan mengambil nama sebuah gunung
di provinsi Ce Ciang,Tiongkok Timur yaitu Gunung Thien Thai (Panggung Sorgawi) di
gunung Thien Thai ini secara resmi Biksu Ce Khai (531-597) guru besar Thien
Thai mendirikan sekte ini.Sebelum beliau telah ada dua orang biksu intelektual
lainnya. Hui Wen (510-557) dan Hui She (514-577) yang meratakan jalan dan
merintis berdirinya sekte ini. Sekte ini berpedoman pada Saddharma Pundarika
Sutra (Fa Hua Cing), Amitartha Sutra (Wu Liang I Cing) dan Nirvana Sutra (Nie
Phan Cing). Disamping itu ada 3 tafsiran sutra dan karya sastra yang disusun
oleh Hui Wen, Hui She dan Ce Khai yaitu :
1. Fa Hua Wen Cii (Words and Phrases of the Lotus)
2. Fa Hua Suen I (Profound meaning of the Lotus)
3. Mo Ho Ce Kuan Fa Men (Mahayana Vipasyana/Mahayana method of
cessation and contemplation)
Selain itu sekte ini juga berpedoman pada Maha Prajna Paramita
Sutra, Mahayana Sradhotpada Sastra serta sutra-sutra lainnya.Dapat dikatakan Thien
Thai merupakan sebuah aliran Buddhis besar yang memadukan bermacam-macam cara
sehingga terbentuklah keharmonisan yang agung. Dalam sekte ini terdapat cara
yang mempelajari sutra dan sastra,bhakti-puja, pembacaan doa,pengulangan sutra,
mantra, dharani serta menitik beratkan Sila dan Samadhi agar mencapai Prajna.
5. Sekte Tantra (Mi Cung/Cen Yen Cung/Shingoshyu)
Adakalanya Sekte Tantra dianggap berdiri sendiri, tetapi adakalanya
sekte Tantra digolongkan ke Mahayana. Dalam membahas Sekte Tantra ,kita akan membahas
2 macam Tantra Buddhis. Yang Pertama dapat kita katakan Tantra Timur dan yang
Kedua Tantra Tibet. Sedangkan Tantra Timur terbagi 2 lagi yaitu Tantra yang ada
pada Sekte Thien Thai dan Tantra yang ada pada aliran Cen Yen yang kemudian
dibawa ke Jepang dengan nama Shingoshyu.Yang Dimaksud Tantra Tibet adalah
Tantra yang diterapkan di Tibet,Mongolia,Bhutan dan Nepal serta di wilayah
sekitarnya. Tantra Timur berkembang di Tiongkok pada abad VII ketika 3 orang
Guru Besar Tantra datang dari India.Mereka Adalah :
1. Subhakarasinha (San Wu Wei 637-735 M) Pada tahun 716 M beliau
tiba di Ch?ang An setelah belajar di Nalanda. Pada tahun 725 M beliau bersama I
Cing menterjemahkan sutra Tantra yang terkenal yaitu Maha Vairocana Sutra (Ta
Re Ju Lai Cing).
2. Vajrabodhi (Cin Kang Che 663-723 M). Beliau juga pernah belajar
di Nalanda dan pada tahun 720 M menerjemahkan Vajrasekhara Sutra (Cing Kang
Ting Cing) ke dalam bahasa Tionghoa.
3. Amoghavajra (Pu Khung 705-774 M) Beliau adalah murid Vajrabodhi
dan pada tahun 746 tiba di Chiang an.
6. Sekte Dhyana (Chan Cung / Zen )
Sekte ini lebih dikenal dengan sebutan Buddhisme Zen. Sekte Zen
banyak menarik perhatian kaum intelektual,seniman dan kaum muda-mudi di dunia
barat maupun di Timur. Meskipun pengikut sekte Zen tidak dapat dihitung secara
kuantitas kehadiran mereka cukup berarti.
Secara harafiah Zen adalah perubahan bunyi dari kata Chan (tionghoa) Dhyana (Sanskerta) yang dapat diartikan Meditasi secara legendaris dikisahkan: Pada ketika dalam pertemuan Dharma Sang Buddha berkumpul dengan para siswanya. Pada waktu itu itu datanglah seorang Brahmana yang memberikan sekuntum bunga Khumbala kepada Sang Buddha seraya berharap Sang Buddha menerangkan Dharma. Pada saat itu Sang Buddha tidak mengucapkan sepatah kata apapun dan tak ada seorang siswa pun yang mengerti. Hanya Maha Kassapa yang mengerti,ketika beliau melihat wajah Sang Buddha yang tersenyum dalam meditasi dan memancarkan sinar. Maha Kassapa juga ikut tersenyum.Kemudian berkatalah Sang Buddha kepada Maha Kassapa, Engkaulah Maha Kassapa yang dapat mengerti pelajaran tersebut,dan pelajaran tersebut diwariskan kepadamu. Inilah yang sering dikatakan sebagai pelajaran yang diberikan dari hati ke hati dan tidak melalui kata-kata (ucapan).
Sekte Zen lahir dan tumbuh di bumi Tiongkok ketika pada tahun 520 M. Bodhidharma ( Ta Mo Ta She) seorang Biksu India anak seorang Bangsawan India yang datang ke Tiongkok untuk memperkenalkan Sekte tersebut.
Secara harafiah Zen adalah perubahan bunyi dari kata Chan (tionghoa) Dhyana (Sanskerta) yang dapat diartikan Meditasi secara legendaris dikisahkan: Pada ketika dalam pertemuan Dharma Sang Buddha berkumpul dengan para siswanya. Pada waktu itu itu datanglah seorang Brahmana yang memberikan sekuntum bunga Khumbala kepada Sang Buddha seraya berharap Sang Buddha menerangkan Dharma. Pada saat itu Sang Buddha tidak mengucapkan sepatah kata apapun dan tak ada seorang siswa pun yang mengerti. Hanya Maha Kassapa yang mengerti,ketika beliau melihat wajah Sang Buddha yang tersenyum dalam meditasi dan memancarkan sinar. Maha Kassapa juga ikut tersenyum.Kemudian berkatalah Sang Buddha kepada Maha Kassapa, Engkaulah Maha Kassapa yang dapat mengerti pelajaran tersebut,dan pelajaran tersebut diwariskan kepadamu. Inilah yang sering dikatakan sebagai pelajaran yang diberikan dari hati ke hati dan tidak melalui kata-kata (ucapan).
Sekte Zen lahir dan tumbuh di bumi Tiongkok ketika pada tahun 520 M. Bodhidharma ( Ta Mo Ta She) seorang Biksu India anak seorang Bangsawan India yang datang ke Tiongkok untuk memperkenalkan Sekte tersebut.
7. Sekte Sukhavati (Cing Thu Cung / Jodoshyu)
Sekte ini adalah suatu sekte dari aliran Mahayana yang sangat
populer dan dianut oleh berjuta-juta umat Buddhis di Asia. Sekte Sukhavati
adalah sebuah sekte yang menitik beratkan puja-Bhakti kepada Amitabha Buddha. Beliau
berdiam di sebuah Sorga yang disebut Sukhavati yang berada disebelah Barat dari
loka dunia ini. Sekte ini tidak begitu menekankan pada pelajaran atau
penyelidikan sutra-sutra atau meditasi. Apabila ada umat yang melakukan juga
akan lebih baik. Tetapi yang terpenting adalah mematuhi Pancasila Buddhis dan
menyerahkan diri pada kekuatan Maha Maitri Karuna Amitabha Buddha serta
Bodhisatva Mahasatva lainnya. Karena dunia penuh dengan ketidak kekalan dan
penderitaan sedangkan manusia tak sepenuhnya berhasil mengatasinya. Oleh karena
itu segala macam pemikiran-pemikiran logika telah dikesampingkan. Yang
terpenting adalah penyerahan diri dan bertobat dan mengulangi sebutan atau
Zikir dengan Nama Buddha Amitabha (Namo Amithofo) agar timbul Saddha
(Keyakinan) dan Maitri Karuna yang tak terbatas untuk akhirnya dijemut oleh
Amitabha Buddha dan para Bodhisatva Mahasatva ke dalam Sorga Sukhavati agar
terlepas dari Tumimbal lahir di alam Samsara dan berusaha melatih diri untuk
mencapai Anuttara Samyaksambodhi di Sorga Sukhavati. Ada 3 Sutra yang dijadikan
pedoman sekte Sukhavati ini adalah:
1. Amitabha Sutra/Sukhavati Vyuha Sutra( O Mi Tho Cing)
2. Maha Sukhavati Vyuha Sutra ( Wu Liang Sou Cing)
3. Amitayus Dhyana Sutra ( Kuan Wu Liang Sou Cing)
Disamping itu pemujaan dan Bhakti Puja terhadap Kuan Im Phu Sah (Avalokitesvara)
dan Ta She Ce Phu Sah (Mahastamaprapta).
8. Sekte Nichiren
Sekte ini adalah sebuah sekte Buddhis yang berasal dari Sekte Thien
Thai dan dipelopori oleh seorang Bhiksu Jepang yaitu Nichiren Daishonin
(1222-1282 M). Beliau dilahirkan pada
satu keluarga nelayan.Sejak kecil beliau sudah tertarik dengan ajaran Buddha. Beliau
selalu berpikir ?Kebenaran apa yang disampaikan oleh Sang Buddha?? Pada usia 15
tahun beliau di upasampada menjadi Biksu. Karena keingintahuannya terhadap
Dharma beliau pergi ke Gunung Hi Ei Pusat dari Ajaran Thien Thai di Jepang dan
berdiam disana selama 10 tahun serta giat mempelajari ajaran Buddha. Disana
beliau berguru pada seorang guru yang begitu beliau hormati yaitu Dozenbo. Pokok
pangkal utama dari ajaran Nichiren adalah bersumber pada Hokkekyo (Sadharma
Pundarika Sutra). Dengan menyebut dan mengulang Namu Myohorengekyo sebagai
sebutan mulia yang utama agar dapat menimbulkan Saddha (keyakinan) yang kuat
terhadap Hokkekyo dan menghapus karma-karma buruk sekaligus menambah
karma-karma baik. Intinya penyebutan dan pengulangan dari Namu Miohorengekyo
adalah sebagai penghayatan terhadap Dharma. Seperti telah diceritakan di atas
bahwa ajaran Nichiren ini berakar dari ajaran Thien Thai maka ajaran yang
diterapkan juga seperti yang diajarkan di ajaran Thien Thai. Beliau banyak
menulis karya sastra. Di antaranya untuk memperingati Guru beliau yang amat
sangat beliau cintai dan hormati yaitu Dozenbo,beliau menulis Ho-On-Syo (Sastra
tentang balas budi). Dimana beliau menekankan arti balas budi terhadap orang tua,
guru dan negara. Selain itu juga ada karya-karya lain yang terkenal adalah
Kaimokusyo (Sastra tentang membuka mata) dimana beliau menekankan sifat
berkorban beliau terhadap rakyat,negara dan dunia. Di samping itu sebuah karya
sastra beliau yang mengisahkan garis besar filsafat beliau yaitu Shohojisyo. Dalam
karya beliau yang berjudul Risho-Ankoku-Ron (Sastra tentang menegakkan yang
benar dan mengatur negara).Beliau tidak sependapat dengan Sekte Amida (Sukhavati),
Zen (Dhyana), Shingon (Tantra) dan Ritsu (Vinaya). Hingga kini pengikut Nichiren
terbagi menjadi 8 sekte. Mereka sangat aktif dalam usaha-usaha sosial dan
kesejahteraan sosial maupun perdamaian dunia. Pengikut Nichiren tersebar luas
di Asia Tenggara,Australia,Eropa dan Benua Amerika. Sekte Nichiren Berpedoman
dengan Sutra-sutra :
1. Muryogikyo ( Wu Liang I Cing/Amithatta Sutra) Terjemahan
Dharmagathayasa.
2. Hokkekyo (Miau Fa Lien Hoa Cing/Sadharma Pundarika Sutra) Terjemahan
Kumarajiva.
3. Nehankyo (Nie Phan Cing/ Nirvana Sutra) Terjemahan Than Wu Chien
serta mereka juga menaruh perhatian pada Wimokyo (Wei Mo Cing/Vimalakirti
Nirdesa Sutra) Terjemahan Kumarajiva.
9. Sekte Vinaya (Lii Cung/Ritsusyu)
9. Sekte Vinaya (Lii Cung/Ritsusyu)
Sesuai dengan mazhab ini menitik beratkan pada Vinaya. Sekte ini di
Tiongkok di pelopori oleh Biksu Tao Shu An pada periode Dinasti Tang (abad VI
M). Pada sekte Vinaya terdapat apa yang disebut Catuh-Vinaya (She Fen Lii)
yaitu Empat Sumber Vinaya yang terdiri dari:
1. Sarvastivada Vinaya (Se Th?ung Lii) diterjemahkan ke dalam 61
Chuan/Bab pada 404-406 M.Oleh Punyatara.
2. Dharmagupta Vinaya (She Fen Lii) diterjemahkan ke dalam 60 bab
pada 405 M.Oleh Budhayasas.
3. Mahasanghika Vinaya (Ta Seng Che Lii) diterjemahkan ke dalam 40 bab pada 405 M.Oleh Buddhabadra.
4. Mahisasaka Vinaya (U Pu Lii) diterjemahkan ke dalam 30 bab pada tahun 423 M oleh Buddhajiva.
3. Mahasanghika Vinaya (Ta Seng Che Lii) diterjemahkan ke dalam 40 bab pada 405 M.Oleh Buddhabadra.
4. Mahisasaka Vinaya (U Pu Lii) diterjemahkan ke dalam 30 bab pada tahun 423 M oleh Buddhajiva.
Selengkapnya, silakan mampir disini.
0 comments:
Posting Komentar