RINGKASAN
MAKALAH TOPIK X
ALIRAN TANTRAYANA, MANTRAYANA, DAN VAJRAYANA SERTA PRAKTEK RITUAL
PERIBADATAN KETIGANYA
Oleh:
Dede Ardi Hikmatullah
(1111032100037)
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
ALIRAN
TANTRAYANA
Fase
ketiga dari perkembangan agama Buddha ialah Tantrayana (fase pertama ialah
Hinayana, dan fase kedua adalah Mahayana), dan merupakan fase yang paling
penting dalam agama Budha di India. Fase ini dimulai sekitar tahun 500 Masehi
dan berakhir pada tahun 1000 Masehi. Tantrayana adalah satu mazhab dalam agama
Buddha yang sangat istimewa karena memiliki ciri-ciri khas yang unik. Mazhab
ini merupakan perpaduan puja bhakti dengan praktek meditasi yogacara
serta metafisika madhyamika. Maka dari itu mazhab Tantrayana bukan hanya
membicarakan teori, akan tetapi praktek dalam pelaksanaannya.
Secara
umum Tantrayana juga dapat dikatakan bagian dari Mahayana, karena ada beberapa
bagian dari inti filsafat Mahayana yang
di terangkan secara esoterik dan penuh simbolis, seperti sunyata, bodhicita,
tathata, vijnana.[1]
Istilah tantra secara etimologi berarti “menenun atau alat tenun”, istilah tersebut merupakan istilah yang dipergunakan untuk mengacu pada praktek-praktek esoterik (rahasia tersembunyi) yang bertujuan membangkitkan sifat-sifat ketuhanan dalam diri seseorang guna mencapai kesempurnaan, di samping juga untuk mengacu pada kitab-kitab suci atau sutra-sutra yang menguraikan ajaran-ajaran atau doktrin yang demikian. Singkatnya, istilah tantra dapat dipergunakan untuk menunjukkan sistem keagamaan, atau sutra yang tergolong pada sistem ini.
Tantra Timur
adalah Tantra yang berkembang di daratan China dikenal sejak abad IV Masehi, setelah
Srimitra yang berasal dari Kucha (sekarang Xinqiang-China) berhasil
menerjemahkan sebuah kitab Tantrayana yang berisi mantra-mantra, pengobatan,
doa pemberkahan dan ilmu gaib lainnya. Hal tersebut sesungguhnya belum
mencerminkan nilai-nilai agung dari aliran Tantrayana itu sendiri, kata Mr.
Chauming. Tantra Timur bercorak perfeksionis dimana semua rupang Buddha
maupun Bodhisattva serta Vajrasatva baik yang bersifat maskulin dan feminim,
lebih menunjukkan kesempurnaan, keagungan yang sesuai dengan sopan santun yang
ada pada masyarakat China.
Kalau Tantra Barat adalah Tantra yang
berkembang di Tibet dan sekitar pegunungan Himalaya, batas antara China dan
India, yang sebenarnya hanya dalam letak geografis saja. Daerah ini memiliki
tradisi dan sejenis kepercayaan yang disebut Bon-Pa. Dan orang-orang
Tibet umumnya memiliki kemampuan untuk menguasai roh-roh halus. Di samping simbol
dari jenis rupang Buddha sedikit ada perbedaan. Bila dilihat Tantra Barat
lebih bercorak naturalis terlihat jelas pada anggota tubuhnya, yakni
bersifat feminisme (dalam bentuk wanita). Terdapat pula rupang Angkara
Murka, seperti Angry Vajra (Vajravarahi dalam wajah murka).
MANTRAYANA
Istilah mantrayana kelihatannya
telah menerima aslinya pada keperluan khusus bahwa cabang Mahayana yang
menganjurkan pembacaan ulang mengenai mantra sebagai usaha prinsip
mengenai paramita. Menurut Shashi Bhusan Dasgupta, Mantrayana adalah
sekte dari Mahayana, kelihatannya adalah tingkat perkenalan mengenai
Buddhisme Tantra dari semua cabang mengenai Vajrayana, Kalacakrayana,
Sahajayana, dan seterusnya yang timbul di kemudian hari. Gerakan baru ini timbul di India bagian selatan dan barat laut. Non-Indian
mempengaruhi dari China, Asia Tengah dan perbatasan sekitar India, memainkan
suatu bagian penting dalam pembentukannya. Sebagaimana metode ajaran Mahayana
telah menyatakan ajarannya di dalam Sutra dan Sastra adalah dokumen bagi umum,
tersedia bagi siapa saja yang cukup berminat untuk mendapatkannya, dan bagi
yang rajin dan mampu untuk mengerti mereka.
Pada
abad yang ke-7 Masehi timbul lagi suatu jalan yang ketiga yang disebut
Mantrayana atau jalan dengan kalimat-kalimat yang mempunyai daya gaib (mantra).
Nama-nama lainnya yang dipakai ialah Tantrisme, karena pandangan-pandangan
mengenai ajaran ini di cantumkan dalam Tantra-Tantra dan Vajrayana atau jalan
intan, perjalanan intan, ialah yang keras dan tak terbinasakan, yaitu kenyataan
yang tertinggi. [2]
Pada mulanya
perkembangan Mantrayana ini merupakan reaksi alami terhadap tren sejarah yang
makin tidak sesuai dan mengancam kepunahan agama Buddha India. Untuk
mempertahankan dan melindungi diri, penganut-penganutnya semakin banyak
menggunakan kekuatan mukjizat dan meminta pertolongan dari makhluk-makhluk
luhur, yang keberadaan sebenarnya telah dibuktikan oleh mereka sendiri melalui
pelaksanaan meditasi trans.[3]
VAJRAYANA
Kata vajrayana berasal dari kosa kata
Sanskrit “vajra” yang berarti “berlian” dalam aspek kekuatannya, atau “halilintar”
dalam aspek kedahsyatan dan kecepatannya. Serta dari kata “yana” yang berarti “wahana/kereta”.
Menurut Wang Shifu, Vajrayana merupakan Jalan Intan. Vajrayana adalah suatu
ajaran Buddha yang di Indonesia lebih sering
dikenal dengan nama Tantra atau Tantrayana. Namun banyak juga istilah lain yang
digunakan, seperti misalnya: Mantrayana, ajaran Mantra Rahasia, ajaran Buddha Eksoterik.
Vajrayana merupakan ajaran yang berkembang dari ajaran Buddha Mahayana, dan berbeda
dalam hal praktek, bukan dalam hal filosofi. Dalam ajaran Vajrayana, latihan
meditasi sering dibarengi dengan visualisasi.[4] Tujuan akhir daripada Vajrayana ialah mencapai
kesempurnaan dalam pencerahan dengan tubuh fisik kita saat ini, di kehidupan
ini juga, tanpa harus menunggu hingga kalpa-kalpa yang tak terhitung.
Ciri
lain lagi untuk mengenal sekte Vajrayana di masa lalu ialah melalui kelompok vihara
tempat para bhiksu dan bhiksuni tinggal, belajar dan beribadah.
Sebuah vihara dahulu biasanya merupakan markas besar resmi yang
bersangkutan dan menjadi model bagi yang lainnya. Masing-masing dari empat
sekte besar mempunyai sejumlah vihara, sedang beberapa subsekte kecil
rupanya memiliki satu atau dua vihara saja. Sekte-sekte agama Budha
Vajrayana itu adalah Nyingmapa (mazhab Merah/ Purba), Kadampa/ Gelukpa, Saskyapa,
Kagyudpa.
Pengertian
yang sebenarnya dari ajaran Vajrayana, bagaimanapun tidaklah mudah untuk di
ketahui secara pasti, sebab dia sudah menjadi suatu adat kebiasaan untuk
mengungkapkan yang paling tinggi ke dalam bentuk yang paling rendah, membuat
yang paling suci muncul sebagai yang paling umum, paling sukar di pahami
sebagai paling biasa, dan pengetahuan yang paling bijaksana dimuakkan oleh paradoksikal
(berlawanan asas) yang paling fantastis. Ini merupakan shock-terapy yang
sengaja diarahkan melawan intelektualisasi yang berlebihan mengenai Buddhisme
pada saat itu. Hasil dari kombinasi mengenai kebijaksanaan dan keahlian dalam
caranya, diwakili oleh penyatuan pria dan wanita di dalam kegembiraan yang luar
biasa mengenai cinta. Penjadian satu dari mereka di dalam penerangan adalah
kebahagiaan tertinggi yang tidak dapat di uraikan (Mahasukha).[5]
Menurut
catatan, banyak sekali praktisi tinggi Vajrayana yang memiliki kemampuan (siddhi)
yang luar biasa, misalnya: menghidupkan kembali ikan yang telah dimakan (tilopa),
terbang di angkasa (milarepa), membalikkan arus sungai Gangga (biwarpa),
menahan matahari selama beberapa hari (virupa), mencapai tubuh pelangi (tubuh
hilang tanpa bekas, hanya meninggalkan kuku dan rambut sebagai bukti), berlari
melebihi kecepatan kuda, mengubah batu jadi emas atau air jadi anggur,
memindahkan kesadaran seseorang ke alam suci Sukavati (yang dikenal dengan
istilah phowa), dapat meramalkan secara tepat waktu serta tempat
kematian dan kelahirannya kembali (H.H. Karmapa), lidah dan jantung yang tidak
terbakar ketika di kremasi, terdapat banyaknya relik dari sisa kremasi, dll. Di
dalam Vajrayana, semua hasil yang kita peroleh dari latihan kita, haruslah kita
simpan serapi mungkin, bukan untuk di ceritakan pada orang lain. Sebagai
pengecualian, kita boleh mendiskusikan hal tersebut dengan Guru kita, jika
memang ada hal yang kurang kita mengerti.
RITUAL DAN PRAKTEK TANTRAYANA, MANTRAYANA, DAN VAJRAYANA
Padmasambhava ke sebuah kuburan kuno untuk diberi pewarisan
Sadhana Tantra. Ada empat tempat Suci Tantrayana: Kamakhya, Srihatta, Purnagiri,
Uddiyanna. Tidak hanya mewariskan Sadhana Tantra, Padmasambhava juga mengulas
sutra :
1.
Suvarnaprabhasasutra, mengandung ajaran kesunyataan, namun sutra ini memuji mantra
tantra, sarasvatidevi dan sridevi semua ada disini, merupakan sutra
Mahayana dan sekaligus juga Tantrayana.
2. Mahavairocanasutra, terdiri dari sutra, tata cara pujana, bagian tantra,
serta garbhadhatusutra.
3. Vajravadasutra, terdiri dari vajradhatu,
trailokyavijaya, abhicaruka dan realisasi.
4. Manjusrimulatantra, sutra ini menitikberatkan pada tata ritual, yukta
dengan dewa, tara juga ada di dalamnya. Berisi mahamantra, tata ritual, kesenian, abhiseka,
tempat ibadah dan lain sebagainya.
5. Guhyasamaja, isinya adalah bodhicitta
pencerahan, teori kesunyataan, realisasi siddhi,
abhicaruka, dan realisasi mantratantra.
6. Ekavirasutra,
7. Mahakarunasunyajnanasutra,
Sadhana Hevajra dan Nairatmyadevi.
8. Vajraphalatantra,
Taramulatantra, Maitrikarunasila, Mahakala, Kalacakra, Sastra Lima Tahapan.
9. Sadhanamala.
SUMBER
REFERENSI
Conze,
Edward. 2010. Sejarah Singkat Agama Buddha. _______: Oneworld Publication.
Honig,
A. G. (Jr.). ______. Ilmu Agama. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
T.,
Suwarto. 1995. Buddha Dharma Mahayana. Jakarta: Majelis Agama Buddha
Mahayana Indonesia.
[1]
Suwarto T., Buddha Dharma Mahayana,
(Jakarta: Majelis Agama Buddha Mahayana Indonesia, 1995), h. 120
[2] A.G.
Honig Jr, Ilmu Agama, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia Jakarta, Cet. 13),
h. 236-237
[3]
Edward Conze, Sejarah Singkat Agama Buddha, (___: Oneworld Publication,
2010), h. 97
[4]
http://id.wikipedia.org/vajrayana,
diakses pada hari Minggu 05 Mei 2013, pada pukul 22.15 WIB
0 comments:
Posting Komentar