RINGKASAN
MAKALAH TOPIK XI
ALIRAN NICHIREN SOSHU DAN NSI INDONESIA,
SERTA AJARAN DAN TOKOH-TOKOHNYA
Oleh:
Dede Ardi Hikmatullah
(1111032100037)
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
ALIRAN
NICHIREN SOSHU
Nichiren Shoshu adalah
sebuah aliran agama Buddha yang berasal dari Jepang pada abad ke-13 Masehi. Yang dipelopori seorang pembaharu yakni
bikhsu Nichiren Daishonin (1222-1282). Aliran ini mulanya berasal dari sekte
Tendai (Jepang: T’ien-t’ai).[1]
Sekte Nichiren Shoshu ini berpusat di Taisikiji, Fujinomia, propinsi Shizuoka,
Jepang. Sekte ini juga menjadikan
pewaris dharma kedua, Nikko Shonin, dan pewaris dharma ketiga,
Nichimoku Shonin, sebagai sebagai
pendiri sekte Nichiren Shoshu.
Buddha Nichiren Daishsonin terlahir dengan nama Zannichi Maro pada tanggal 16 Februari 1222 di desa kecil Kominato, Provinsi Awa (sekarang daerah Chiba), Jepang. Sejak usia 12 tahun, Zennichi Maro masuk ke Kuil untuk menjadi bhikkhu. Pada usia 16 tahun dia ditasbihkan menjadi bhikkhu dengan nama Zhezo–bo Renco.[2]
Nichiren mula-mula
mempelajari agama Buddha melalui ajaran-ajaran
sekte Tendai, dari hasil studinya itu ia menyadari bahwa agama Buddha sudah terpecah-pecah dan memperlemah dasar
dengan munculnya beraneka macam sekte dan oleh keinginan duniawi para pendeta
agama Buddha.[3]
Ia beranggapan bahwa semua sekte itu telah menyimpang dari ajaran Sakyamuni
yang asli karena itu tujuan utama Nichiren adalah mengembalikan agama Buddha
kepada bentuknya yang murni yang akan di
jadikan dasar perbaikan masyarakat.
AJARAN NICHIREN SOSHU DAN TOKOH-TOKOHNYA
Adapun
ajaran-ajaran dari Nichiren Daisonin tergambar seperti dibawah ini:[4]
a.
Nam-myoho-renge-kyo
Kata nam-myoho-renge-kyo bukan hanya
semata-semata bacaan akan tetapi seperti do’a yang akan berdampak kepada
perbuatan. Nam-myoho-renge-kyo
yang berarti aku mengabdikan diriku terhadap kebenaran falsafah hidup yang tak terkatakan
kedalam dan keindahannya yang dijelaskan didalam Sutra Teratai yang mengandung
ajaran Buddha yang paling luhur.[5]
Dengan kata lain mengabdikan dirinya
terhadap semua realitas hidup kepada alam semesta.
b.
Gohonzon
Gohonzon adalah
sesuatu benda yang menjadi pusat pemujaan yang telah diajarkan Nicherin
Doisyonin yang di amanatkan kepada setiap yang percaya kepada Nichiren dan
ajaran-ajarannya yang benar. Sebagai
suatu benda pusat pemujaan bagi semua orang dimana saja, dia mengukir
Dai-Gohonzon Agung. Yang kini di tempatkan di ruangan utama Sho-Hondo dari
Daisheki-ji, kuil utama Nicherin Shoshu
siapapun yang bertawakal pada Dai-Gohonzon dan mengucapkan nam-myoko-kyo kepadanya maka dia akan
merasa roh individunya akan menyatu dengan roh semesta.
c.
Teori Kaidan
Kaidan
adalah suatu balai Buddhis tempat calon para pendeta mengangkat nazar
keagamaan. Dalam ajaran Budhisme Nichiren Doisyonin, kaidan merupakan
tempat pusat pemujaan dimana semua orang dapat menyatakan kebulatan tekat
mereka untuk mengubah hidup mereka untuk memperbaiki diri dan seluruh umat
manusia dengan cara membersihkan karma yang menyedihkan melalui kekuatan
Dai-Gohonzo yaag maha besar.
Selain
ajaran tersebut Nichiren Daisonin juga meramalkan, jika yang berwajib tetap
mengingkari hukum yang benar, maka dua bencana besar akan menimpa Jepang,
yaitu:[6]
1. Penyerbuan orang asing
2. Perang saudara yang meluas
Dalam
Nichiren Soshu pewaris dari hukum sejati diwariskan dari Niciren Daisyonin
kepada Nikko Syonin, dan secara ketat diturunkan pada bhikku-bhikku
tertinggi berikutnya seperti Niciren Daisyonin, Nikko Syonin, Nicimoku Syonin, Nicido
Syonin, Nicigyo Syonin, Niciji Syonin, Nicia Syonin, Niciei Syonin, Niciu
Syonin, Nicijo Syonin, dan 57 bhikku yang lainnya.
NSI INDONESIA
Pada awalnya agama
Buddha Nichiren Soshu Indonesia masih dianut oleh orang Jepang yang bertugas di
Indonesia pada tahun 1950-an. Pada saat
itu penganutnya hanya terdiri dari beberapa keluarga saja. Pada tahun 1960-an mulai membentuk
pertemuan-pertemuan diskusi untuk mempelajari agama Buddha Nichiren Shoshu
Indonesia dan mendapatkan banyak pengikut. Pada awalnya, aliran ini berkembang
mula-mula di Jakarta. Sejak kepemimpinan Senosoenoto, agama Buddha Niciren Soshu
berkembang luas hingga ke desa-desa. Hingga tahun 2005 ini umatnya telah
tersebar di berbagai pelosok Indonesia.[7] Di
kemudian hari Senosoenoto berhasil mengajak kawannya Ir. Soekarno, seorang mantan
menteri pada masa Orde Lama, menjadi penganut dan kemudian menjadi salah satu
pucuk pimpinan NSI, Soekarno sangat
aktif dalam organisasi agama Buddha di Indonesia, mewakili
NSI menjadi pendiri organisasi yang sekarang bernama WALUBI, Soekarno
wafat pada tahun 1981.
WALUBI
merupakan wadah tunggal agama Buddha, berbentuk federasi dan bersifat
konsultatif dan koordinatif.[8]
WALUBI merupakan partner pemerintah dalam memberikan bimbingan serta dalam
menyelesaikan berbagai masalah agama dan umat Buddha yang timbul dan terjadi di
masyarakat. WALUBI mempunyai anggota 3 sangha dan 7 majelis yang terdiri
atas :
a) Sangha
Agung Indonesia
b) Sangha
Theravada Indonesia
c) Sangha
Mahayana Indonesia
Pada tahun 1980
perjuangan untuk menyebarkan agama Buddha Nichiren Soshu telah terprogram
dengan uraian sebagai berikut:[9]
- Masa
perkenalan (1963-1972)
Tahun 1965 sampai dengan tahun
1972, merupakan masa perkenalan agama Buddha Nichiren Soshu di Indonesia. Tujuh
tahun dalam masa ini merupakan perjuangan yang berat dalam membangun suatu
himpunan yang kuat berdasarkan prinsip-prinsip ajaran Sang Buddha secara murni
dan tetap. Tantangan yang terbesar pada masa ini adalah terjadinya perbedaan
pendapat dikalang pimpinan sekitar tahun 1971–1972. Namun berkat maitri karuna (welas asih) dan kekuatan gohonzon,
krisis besar itu dapat diatasi, sehingga pada tahun itu juga sejumlah 39
anggota Nichiren Soshu Indonesia berziarah ke kuil Pusat Ghohondo pada tahun
1972, yang merupakan bukti berhasilnya mengatasi krisis tersebut dan
berakhirnya masa perkenalan ini.[10]
- Masa
pembuktian Identitas (1972 - 1979)
Pada masa ini berarti
bahwa agama Buddha Nichiren Soshu Indonesia harus dapat menunjukkan
identitasnya sebagai berikut:
a. Agama
Buddha Nichiren Soshu adalah bukan agama Jepang dan betul-betul agama Buddha
dari mazhab Mahayana berdasarkan Tripitaka dan berkepribadian nasional.
b. Agama
Buddha Nichiren Soshu bukan agama yang eksklusif untuk orang-orang atau
tertentu saja, tetapi adalah agama untuk lapisan masyarakat berdasarkan prinsip
"Icien Bodai Soyo” (Gohonzon
yang dianugrahkan untuk seluruh umat manusia).
- Masa
Pembentukan Pondasi (1980 – 1987)
Masa ini adalah masa
terberat bagi Majelis Agama Buddha Nichiren Syosyu Indonesia, karena pada masa
ini fokus perjuangan ditunjukkan untuk mencari dan membangun jalur-jalur
penyebarluasan agama Buddha Nichiren Syosyu indonesia. Pada tahun 1981–1982
telah ditetapkan sebagai “Tahun Kepemudaan” sesuai dengan kebijaksanaan yang
telah diputuskan. Pada masa ini juga terlaksana beberapa kegiatan, diantaranya:
a. Kegiatan
dalam bidang kemasyarakatan.
b. Kegiatan
dalam bidang Kesenian.
c. Ikut
serta membantu dalam memecahkan masalah-masalah nasional sekaligus mensukseskan
program-program pemerintah.
d. Bagian
pemuda juga mengadakan kegiatan-kegiatan, seperti pengelolaan perpustakaan,
ceramah dari tokoh-tokoh masyarakat, dan lain lain.
SUMBER
REFERENSI
Abadi,
Dewi Kayana. 2003. Sejarah Perkembangan Agama Buddha. Jakarta: ________.
Ali,
Mukti. 1988. Agama-Agama di Dunia. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga
Press.
Djam'annuri.
1981. Agama Jepang. Yogyakarta: PT Bagus Arafah.
Ikeda,
Daisaku. 1988. Buddhisme: Falsafah Hidup. Alih Bahasa oleh Soedibyo.
Jakarta: PT Intermasa.
Majelis Agama
Buddha Nichiren Soshu Indonesia. Sejarah dan Perkembangan Agama Buddha Nichiren
Soshu di Indonesia.
T.,
Suwarno. 1995. Buddha Dharma Mahayana. Jakarta: Majelis Agama Buddha
Mahayana Indonesia.
[1] Suwarno T.,
Buddha Dharma Mahayana, (Jakarta:
Majelis Agama Buddha Mahayana Indonesia, 1995), h. 520.
[2]
Mukti Ali, Agama-agama di Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press,
1988), h. 143
[3] Djam’annuri, Agama Jepang, (Yogyakarta:
PT Bagus Arafah, 1981), h. 34
[4] Suwarno T.,
Buddha Dharma Mahayana, h. 522
[6] Daisaku
Ikeda, Buddhisme: Falsafah Hidup, (Jakatra:
PT Intermasa, 1988)
[7] http://www.nichiren-shoshu-indonesia.org/about.php,
diakses pada hari Senin 06 Mei 2013, pada pukul 23.00 WIB
[8]
Dewi Kayana Abadi, Sejarah Perkembangan Agama Buddha, (Jakarta: ____,
2003), h. 339
[9] Majelis
Agama Buddha Nichiren Soshu Indonesia, Sejarah dan Perkembangan Agama Buddha
Nichiren Soshu di Indonesia
[10] Majelis
Agama Buddha Nichiren Soshu Indonesia, Sejarah dan Perkembangan Agama Buddha
Nichiren Soshu di Indonesia.
0 comments:
Posting Komentar